Posted by : Unknown Rabu, 12 Agustus 2015


Author : Zet Zaldriel

"μ's _ Bokura wa Ima no Naka de"
Translyric by: Theo Allen


Ketulusan hatilah yang menyatukan kami
Kami tahu, dan tak bisa menghentikan keraguan
Meski itu kami masih ingin meraih mimpi
Yang ada di sini, dan baru saja dimulai

(Kami tahu!)
Tak hanya bersantai saja ujian ‘kan menanti
(Kami tahu!)
Namun ujian untuk masa depan
(Tetap maju!)
Kami ‘kan tetap kuat bila kami bersama
(Yakinlah!)
Semua akan berubah
(We will be star!!!)

Lakukan dengan semangat pada apa yang engkau suka
Akan ada tempat yang baru, untuk kau capai
Percayalah pada apa yang engkau senangi sekarang
Rangkullah rasa (rasa ini) dan melangkah maju

Singkirkanlah rasa takutmu itu 
Dan tunjukkanlah senyum lebar
Lompat, lompat yang tinggi! 
Sekarang kita berada... di sini

Daripada kau pikirkan lebih baik kau mulai
Kita takkan tahu hari esok yang belum dimulai
Meski bila yang terjadi, keajaiban datang
Ini hanya awal mula dari segalanya

(Aku tahu!)
Suatu hari 'kan datang, saat yang menyedihkan
(Aku tahu!)
Dunia ini akan menjadi... indah
(Dan kuingin!)
Membawa kerlap-kerlip, cahaya dalam hati
(Tegarlah!)
Marilah kita berju-ang!
(We can fly!)

Kurasa takkan pernah ada waktu melihat ke belakang
Ku 'kan berbagi denganmu, setiap saat
Kutahu takkan pernah ada waktu melihat ke belakang
Marilah kita, tingkatkan harapan ini

S'lamat tinggal diriku di masa lalu 
Jangan berhenti tuk tersenyum
Lompat lompat yang tinggi! 
Sekarang kita berada... di sini

Agar impian kita terus tumbuh (Haruslah diuji)
Hati ini harus melampauinya (Suhu tubuhku)
Sungguh panas (Sangat panas) dan tak berhenti
Jadi marilah kita raih!

Lakukan dengan se-mangat pada apa yang engkau suka
Akan ada tempat yang baru untuk kau capai
Percayalah pada... apa yang engkau senangi sekarang
Rangkullah rasa (rasa ini) dan melangkah maju

Singkirkanlah rasa takutmu itu 
Dan tunjukkanlah senyum lebar
Lompat lompat yang tinggi! 
Sekarang kita berada...
S'lamat tinggal diriku di masa lalu 
Jangan berhenti tuk tersenyum
Lompat lompat yang tinggi! 
Sekarang kita berada... di sini

Menanti untuk bersinar

  Mata biru cerah seorang gadis menatap layar monitor sebuah laptop yang berada di atas meja. Dengan pandangan berbinar ia masih saja menonton tayangan ulang saat final Love Live, sebuah kompetisi antar school idol di Jepang.

“Honoka, mau sampai kapan kau menonton itu terus!?” ucap seorang gadis berambut scarlet sebahu.

“Habis, aku masih tak percaya kita memenangi kompetisi ini. Hehe...,” jawab Honoka sambil cengengesan.

“Terus-terusan menonton itu tak akan membawa kita kembali ke masa lalu, tahu!?”

“B-Bukan itu ko maksudku, Maki! Aku cuma bahagia kita bisa menang. Apa kau tak senang?”

“Tentu saja aku senang!”

  Mata keunguan milik Maki ia alihkan pada sebuah benda keperakan yang memiliki tinggi sekitar 60 cm yang dipajang di rak. Dengan tulisan “Love Live Winner” pada alasnya, menjadikan piala itu sebagai bukti kemenangan mereka.

  Sudah lebih tiga bulan sejak hari pertama semester baru dimulai. Siswi-siswi SMA Otonokizaka mulai menjalani rutinitasnya masing-masing. Sebelumnya, sekolah khusus wanita ini terancam ditutup jika tidak mendapat banyak peminat calon murid.

  Tapi berkat kemenangan μ's, school idol dari sekolah ini dalam Love Live bulan Maret lalu, sekolah ini mendapat banyak perhatian. Bahkan calon murid yang mendaftar tahun ini paling banyak jumlahnya dalam sejarah sekolah.

  Biarpun tahun ketiga dan kedua hanya memiliki masing-masing dua dan satu kelas. Tapi karena kepopuleran sekolah inilah, tahun pertama sekolah ini memiliki kelas yang paling banyak dari angkatan lainnya.

  Suasana di ruang klub peneliti idol sedikit agak sepi dari sebelumnya, itu karena tiga anggota mereka sudah lulus beberapa waktu yang lalu. Di sini tidak ada lagi senyuman yang khas dari Nico Yazawa, Nozomi Toujou yang lemah lembut, ataupun Eri Ayase yang takut gelap. Meski enam anggota sisanya sudah bisa menerima kelulusan mereka, tetap saja masih ada yang kurang dari suasana ini.

  Mereka semua sudah memutuskan kalauμ's akan dibubarkan setelah Love Live selesai. Meski begitu, mereka tak pernah berpikiran untuk berhenti menjadi idol. Terus berlatih keras walau tahu mereka tak akan tampil di panggung lagi dengan membawa namaμ's.

“Apa yang kau lakukan, Umi-chan...!?” tanya Honoka pada gadis berambut panjang sepinggang yang tengah menulis sesuatu dalam buku tulisnya.

“Aku menulis lirik lagu baru...,” jawab Umi pelan.

“Eh... coba lihat, lihat!”

“Tunggu selesai dulu! Aku malu, tahu!”

“Huh, pelit!” desis gadis bermata biru dengan cemberut.

“Kau selalu saja bekerja keras, ya!?” timpal gadis berambut scarlet pendek.

“Ah, itu tentu saja, Maki! Karena aku suka bekerja keras...!!” jawab Umi,

  Waktu kembali berlalu hingga tiba saatnya mereka pulang. Matahari senja kini sudah bersiap untuk digantikan tugasnya oleh sang rembulan. Para siswi di sekolah ini pun kebanyakan sudah pulang dan menyisakan beberapa orang yang masih berada dalam kegiatan klub mereka.

  Karena rumah Honoka, Kotori, dan Umi searah, ketiganya pun pulang bersama seperti biasanya. Setelah mengucapkan pada trio kelas dua, mereka langsung berjalan menuju rumah mereka masing-masing.

“Oh ya... Honoka, Kotori!” Umi mengarahkan pandanganya ke arah kedua temannya.

“Ada apa, Umi-chan!?” balas Kotori dengan suaranya yang khas.

“Maaf, ada sesuatu yang ingin kubeli di supermarket. Bisa kalian pulang duluan!?”

“Yah, Umi-chan! Memangnya apa yang ingin kau beli?” tanya Honoka, “apa mau kami antar?”

“Tidak perlu! Lagipula bukan sesuatu yang penting, ko! Ya sudah, ya! Daah...!”

  Sambil melambaikan tanganya pada kedua temanya, Umi langsung mengambil arah lain dari mereka. Rambutnya yang panjang sepinggang berkibar-kibar diterpa angin saat ia berlari kecil di bawah sorotan lampu-lampu jalan. Dan sesaat kemudian, sosoknya sudah hilang bagai ditelan kegelapan malam.

  Sedangkan Honoka dan Kotori melanjutkan langkah kaki mereka menuju rumahnya. Dalam perjalanan pulang mereka mulai membicarakan banyak hal seperti yang biasa mereka lakukan.

“Duh... Umi itu selalu saja begitu, ya?!” gerutu Honoka.

“Memangnya kenapa!?” balas Kotori.

“Tak apa!”

  Tak lama kemudian, Mereka berdua sudah tiba tempat biasanya mereka berkumpul sebelum berangkat sekolah. Tempat itu adalah titik dimana arah rumah mereka berbeda. Jadi mulai dari sini, Honoka berpisah dari Kotori.

“Sudah ya, Honoka-chan! Sampai besok!”

“Dah juga, Kotori-chan!”

  Honoka berjalan sambil menyenandungkan salah satu lagu μ's. Terlihat jelas di wajahnya dia sangat riang sekarang. Entah apa yang ada di pikiranya, untuk seorang gadis aktif dan ceria sepertinya, melihatnya selalu bergembira adalah hal biasa.

  Ia pun sampai di sebuah taman dekat rumahnya. Mulanya dia tak merasakan ada keanehan pada taman itu, tapi kelamaan dia mulai merasakan kejanggalan. Entah kenapa dia merasa kalau dia sedang diikuti oleh seseorang.

  Gadis yang menjadi leaderμ's itu pun mengikuti rasa penasarannya dengan menelisiki di sekitar taman itu. Sesosok bayangan hitam langsung melompat dari balik semak-semak ke hadapanya.

  Berdiri di depanya, seorang pria berumur sekitar 20 tahunan sambil membawa kamera digital. Ia memakai kaos oblong, topi, serta tas dengan nuansaμ's. Sepertinya dia adalah salah satu fans fanatik yang suka menguntit idolanya.

“Kau... Honoka-chwan, kan!?” kata pria itu, “boleh aku minta fotomu...!?”

  Setelah memenangi Love Live pada bulan Maret lalu, belakangan ini para memberμ's menjadi terkenal di kalangan fansnya, tak hanya wanita namun juga para pria. Menjadi target untuk berfoto bersama adalah hal yang biasa terjadi akhir-akhir ini. Namun baru kali ini ada fans yang sampai menguntit keseharian mereka.

Hal itu pun membuat Honoka menjadi risih, tapi dia tak boleh mengecewakan fansnya, “b-boleh saja sih. Sekali saja, ya?!”

  Pria itu pun mulai mengambil gambar Honoka yang sedang berpose sambil mengepalkan tanganya. Dengan senyum yang dipaksakan bercampur takut, gadis itu lalu melambaikan tanganya seusai pria itu mengambil gambar dirinya.

  Dalam pikiranya dia pikir sudah terbebas dari pria itu, namun ternyata tidak. Pria tadi lalu menggenggam tangan Honoka sehingga dia tak bisa pergi.

“Kumohon, satu kali lagi!” ujarnya.

“M-Maaf, tapi aku harus pulang!” balas Honoka dengan lirih.

“Ayolah, satu lagi!” desak pria itu.

  Honoka mencoba melawan, berharap laki-laki itu mau melepaskan tanganya dan membiarkanya pergi. Namun dengan gigih pria itu malah mencengkramnya dengan kuat.

  Saat dalam kepasrahan, gadis itu memejamkan matanya. Badanya bergetar hebat karena ketakutan. Tapi mendadak cengkraman pria itu terlepas. Bukan karena pria itu yang melepasnya sendiri, melainkan karena sesuatu yang lain. Hal itu membuat tangan Honoka terkena tekanan yang kuat.

“Lepaskan dia, oke...!?”

  Kelopak mata Honoka mulai terbuka perlahan. Menampakan seorang cowok muda berseragam SMA yang memiliki postur lebih tunggi darinya. Cowok yang berambut panjang hingga menutupi sebagian matanya itu menatap tajam pria yang tadi menahan Honoka.

  Tatapanya dingin, sedingin es di kutub selatan. Mukanya datar, tak menampakan ekspresi apa pun selain memandang rendah pria yang ada di hadapanya.

Dengan masih tanpa ekspresi, cowok itu kemudian memalingkan wajahnya ke arah Honoka, “kau tidak apa-apa?”

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 OreDoujin - Ore no Imouto - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -